1/31/2025
Kongres Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (KMNU) resmi dibuka
Sejarah Perjalanan Sang Penjelajah Muslim
1/25/2025
Kemuliaan dan Keberkahan Bulan Rajab
Bulan Rajab terletak di antara Bulan Jumadil Akhir dan Sya’ban. Perlu kita ketahui bahwa bulan Rajab adalah bulan yang penuh keberkahan dan sangat mulia di sisi Allah SWT.
Dalam kitab Durratun
Nasihin menjelaskan keutamaan bulan Rajab, sebagaimana
berikut:
وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ؛ إِنَّ رَجَبَ
شَهْرُ اللهِ وَشَعْبَانَ شَهْرِيْ وَرَمَضَانَ شَهْرُ أُمَّتِيْ
“Rasulullah Saw. bersabda: sesungguhnya bulan
Rajab adalah bulan Allah, bulan Sya’ban adalah bulanku, dan bulan Ramadhan
adalah bulan ummatku.”
Dari hadits di atas sudah dapat kita gambarkan betapa istimewanya bulan
Rajab yang mana bulan ini adalah bulannya Allah yang istimewa dan di dalamnya
terdapat banyak keberkahan tentunya.
Bulan
Rajab termasuk satu dari empat Al
Asyhur Al-Hurum atau bulan-bulan haram, bulan-bulan yang suci
dan mulia, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Hal tersebut
sebagaimana firman Allah Ta’ala sebagai
berikut:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ - التوبة؛ ٣٦
Artinya: Sesungguhnya
bilangan bulan menurut Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu
Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya 4 bulan haram. (QS
At-Taubah: 36).
Allah menyebut 4 bulan tersebut sebagai bulan-bulan Haram karena pada
awalnya peperangan diharamkan pada keempat bulan tersebut. Abu Nu’aim dan Ibnu
sunni meriwayatkan bahwa Rasulullah setiap kali memasuki bulan Rajab, beliau
membaca doa:
اَللّٰهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ
وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Artinya: Ya
Allah, anugerahkanlah keberkahan kepada kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan
sampaikanlah umur kami pada bulan Ramadhan.
Berikut
beberapa amalan-amalan ringan yang dapat kita lakukan setiap hari selama bulan
Rajab, di antaranya sebagai berikut:
Memperbanyak Sholawat
Memperbanyak membaca sholawat merupakan amalan yang ringan yang dapat
kita lakukan selama bulan Rajab. Membaca sholawat pun dapat kita lakukan kapan
pun dan di mana saja.
Membaca sholawat di bulan Rajab mendapat ganjaran atau balasan yang
sangat besar, sebagaimana dalam kitab Durratun
Nasihin:
روي عن النبي صلي الله عليه وسلم أنه
قال؛ رأيت ليلة المعراج نهرا ماؤه أحلي من العسل و أبرد من الثلج و أطيب من المسك
فقلت لجبريل لمن هذا ؟ قال لمن صلي عليك في رجب
Berpuasa di Bulan Rajab
Puasa sunah ini merupakan amalan sunah yang dapat kita lakukan baik satu
dua atau tiga hari kita melaksanakannya. Puasa di bulan ini mempunyai
keistimewaan dan pahala atau ganjaran yang tidak kalah dengan amal ibadah
lainnya.
Sebagaimana
Rasulullah Saw bersabda;
قال عليه الصلاة والسلام؛ إن في الجنة نهرا يقال له رجب أشد
بياض من اللبن وأحلي من العسل من صام يوما من رجب سقاه الله من ذالك النهر
Artinya:
Rasullah Saw. bersabda; sesungguhnya di dalam
surga terdapat sebuah sungai yang dinamakan Rajab, sungai tersebut lebih putih
daripada susu, lebih manis daripada madu, dan barang siapa yang berpuasa di
bulan Rajab, maka Allah akan memberikan sungai tersebut kepadanya.
Dan seseorang yang melaksanakan ibadah puasa sunah bulan Rajab, maka ia
tidak akan merasakan haus dan lapar pada hari kiamat. Dalam kitab Durratun
Nasihin dijelaskan sebagaimana berikut:
وعن عائشة رضي الله تعال عنها أنها قالت قال النبي عليه الصلاة والسلام؛ كل الناس جياع يوم القيامة إلا الأنبياء وأهليهم وصائم رجب وشعبان ورمضان فإنهم شباع لهم ولا جوع لهم ولا عطش
Artinya:
Diriwayatkan dari Aisyah Ra. Aisyah berkata
rasulullah bersabda: setiap manusia pada hari kiamat akan merasakan lapar
kecuali para Nabi, keluarga Nabi, orang yang melaksanakan puasa Rajab, Sya’ban,
dan Ramadhan. Meraka akan merasa kenyang, tidak akan merasakan lapar
apalagi haus.
Betapa sangat istimewanya balasan Allah terhadap hambanya yang melakukan
amalan-amalan di bulan rajab ini, semoga kita dapat menjadi hamba yang
istiqomah dalam menjalankan amalan-amalan sunah di bulan rajab. Aamiinn
----------------
Pemateri : K.H. Maghfur
Wakil Syuriah NU Desa Gemaharjo
1/24/2025
Biografi K.H. Sahal Mahfudz | Rais Aam PBNU Ke-7
KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh adalah Rais ‘Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ke-7, setelah KH M. llyas Ruhyat. Kiai Sahal sangat kuat dan konsisten mempertahankan khittah Nahdlatul Ulama di tengah berbagai tarikan politik. Lahir di Kajen, Pati, Jawa Tengah pada 17 Desember 1937, putra ketiga dari KH Mahfudh bin Abdul Salam. Garis keturunan Kiai Sahal tersambung dengan Syekh Ahmad Mutamakkin, Sahal lahir dari pasangan Kiai Mahfudz bin Abd. Salam (w. 1944 M) dan Hj. Badi'ah (w. 1945 M) yang sedari lahir hidup di pesantren, dibesarkan dalam lingkungan pesantren, beiajar hingga ladang pengabdiannya pun di pesantren. Kiai Sahal menikah dengan Dra. Hj. Nafisah binti K.H. Abdul Fatah Hasyim, Pengasuh Pesantren Fathimiyah Tambak Beras, Jombang.
Keutamaan Hari Jumat yang Perlu Diketahui
Sumber: NU Online
1/22/2025
Menguji Kejujuran Sang Menteri
Raja tau persis bahwa sang penghulu wazir memang negarawan senior yang sangat bisa diandalkan, orangnya cerdas, punya pengalaman berpuluh tahun di pemerintahan serta punya akhlak yang sangat mulia, itulah sebabnya raja tidak pernah menyangsikan kebijakan apapun yang diambil oleh sang penghulu wazir, sehingga pemerintahan di negeri itu berjalan dengan tertib dan negara selalu dalam keadaan aman dan adamai.
Tapi tidak demikian di jajaran menteri atau wazir, meski pemilihannya sudah selektif dan obyektif, masih saja raja “kecolongan”, ada satu dua wazir yang kinerjanya belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Memang sih, hanya satu dua orang saja, namun jika dibiarkan akan mengganggu stabilitas pemerintahan di negeri tersebut. Tapi untuk menegur langsung sang menteri, raja agak segan, karena biarpun dia seorang penguasa tunggal, namun dia juga harus menjaga etika dalam menjalankan kekuasaannya itu.
Setelah merenung beberapa hari, akhirnya sang raja punya ide yang rada-rada “nyeleneh”, namun dia yakin cara ini akan efektif memberikan pembelajaran kepada menteri yang kinerjanya kurang optimal dan etikanya kurang baik. Raja sengaja merahasiakan idenya itu dari sang penghulu wazir, karena dia agak khawatir sang penghulu tidak menyetujui idenya itu.
Sampailah hari yang direncanakan sang raja untuk menjalankan idenya, dia memerintahkan penghulu wazir untuk memenggil tiga orang menteri yang sudah ditentukan,
“Wahai penghulu, aku perintahkan kamu untuk memanggil tiga orang menteri yang nanti akan aku sebutkan secara tertulis, persilahkan mereka menghadap saya sambil masing-masing membawa sebuah karung besar” begitu titah sang raja, meski merasa janggal dengan perintah sang raja, namun sang penghulu wazir siap untuk melaksanakan perintah atasannya itu,
“Baik paduka, akan segera saya hadapkan tiga menteri yang paduka maksudkan” jawab sang penghulu yang kemudian segera pamit untuk melaksanakan titah sang raja.
Tidak berapa lama, muncullah sang penghulu wazir bersama tiga orang menteri di hadapan sang raja, mereka langsung dipersilahkan memasuki ruang kerja sang raja. Ketiga menteri yang dipanggil agak merasa aneh juga dengan perintah rajanya kali ini, masa menteri kok disuruh bawa-bawa karung segala, tapi mereka tidak berani membantah perintah sang raja, mereka bertiga siap menghadap raja dengan masing-masing membawa sebuah karung kosong, Setelah mereka duduk di kursi masing-masing, sang raja mulai membuka pertemuan itu,
“Wahai penghulu wazir dan tiga menteriku, hari ini aku sengaja memanggil kalian bertiga, karena ada sesuatu yang ingin aku perintahkan kepada kalian, tapi ini tidak menyangkut tugas negara, apa kalian siap?” tanya sang raja.
“Siap paduka!” jawab mereka bertiga serentak, meski dalam hati mereka masih bertanya-tanya tentang apa yang akan diperintahkan oleh raja mereka.
“Begini para menteriku, hari ini aku perintahkan kalian bertiga pergi ke kebun buah yang ada di belakang istana ini, isilah karung kosong yang kalian bawa ini dengan apa yang ada di kebun itu sesuka kalian, setelah itu kembalilah menghadap kepadaku dengan karung yang sudah terisi dan terikat rapi” perintah sang raja yang kedengarannya rada “aneh” itu,
“Baik paduka, kami siap melaksanakan perintah paduka” tanpa “reserve”, ketiga menteri itu langsung menerima perintah sang raja, sementara sang penghulu wazir yang terlihat bingung sendiri dengan apa yang dilihat dan didengarnya, tapi dia enggan untuk bertanya kepada raja.
Singkat cerita, ketiga menteri itu langsung berangkat ke kebun buah yang terletak persis di belakang istana, banyak tanaman buah disana yang terawat dengan baik sehingga pohonnya subur dan buahnya lebat. Berbagai macam buah-buahan ada di sana mulai dari anggur, apel, pear, rambutan, kelengkeng, jeruk dan masih banyak lagi jenis buah lainnya.
Menteri pertama, dia seorang menteri yang dikenal cerdas, jujur, kreatif dan punya integritas moral tinggi, selalu tepat menjaga amanah, dengan mantap dia memasuki kebun buah itu, dia mulai memilih dan memtik buah-buah terbaik yang ada di kebun itu dan memenuhi karung yang dia bawa, kemudian mengikatnya dengan rapi,
“Meski raja nggak melihat, tapi ini adalah amanat, aku harus menjalankannya dengan sebaik-baiknya” begitu yang terbetik dalam fikirannya.
Menteri kedua, sebenarnya juga seorang yang pintar, tapi dia agak malas berkreasi, dia hanya menjalankan jabatannya sebagai menteri asal sudah dapat menjalankan perintah sang raja saja. Dia melangkah santai memasuki kebun itu, tapi dia mengambil buah-buahan disitu sekenanya saja, dia tidak memilih buah-buah terbaik, bahkan buah setengah busuk yang jatuh dibawah pohonpun dia masukkan ke karungnya,
“Yang penting aku sudah menjalankan perinah raja, toh raja tidak tau, apa isi karung ini” begitu gumannya.
Menteri ketiga, adalah yang “terparah” dari tiga menteri tersebut, meski dia sebenarnya pintar, tapi dia punya sifat culas, tidak jujur dan malas. Tapi karena sudah menjadi perintah raja, dengan terpaksa dia memasuki kebun buah itu. Namun berbeda dengan dua temannya yang memasukkan buah-buahan ke karungnya, menteri ketiga ini justru memasukkan rumput dan daun-daun kering ke dalam karungnya,
“Ngapain capek-capek mengangkat buah, kan berat, kalo ku isi daun-daun kering ini kan jadinya ringan dan nggak capek, masa menteri disuruh ngangkat karung berat-berat, ada-ada saja,” begitu gumannya dalam hati dengan rasa angkuh.
Ketiga menteri itu sudah mengisi dan mengikat karung mereka masing-masing, merekapun segera menghadap raja yang masih didampingi oleh penghulu wazir.
“Paduka raja yang mulia, kami telah menjalankan perintah paduka, kami siap menunggu perintah paduka selanjutnya,” kata menteri pertama, sementara dua menteri lainnya hanya mengikuti.
“Baiklah, terima kasih menteriku, kalian tidak usah khawatir, aku tidak akan membuka isi karung kalian, dan memang aku tidak perlu tau isi karung kalian”, jawab sang raja, menteri kedua dan menteri ketiga merasa lega.
“Penghulu wazir!,” kata sang raja sambil menoleh ke arah sang penghulu.
“Siap paduka!” jawab sang penghulu wazir spontan.
“Aku sudah siapkan tiga kamar untuk ketiga menteri ini dengan semua fasilitas kecuali makanan.” ucap sang raja. “Tolong penghulu wazir bawa ketiga menteri ini menuju kamar mereka masing-masing, mereka akan berada disana selama tiga hari tiga malam, mereka boleh melakukan apa saja di kamar mereka masing-masing selama tiga hari ini, hanya saja tidak ada makanan apapun di kamar itu, jadi isi karung yang mereka bawa inilah yang akan jadi cadangan makanan mereka selama tiga hari ini,” sambung sang raja. menteri kedua dan ketiga terlihat mulai gelisah, sementara menteri pertama terlihat sangat tenang.
“Baik paduka raja, titah paduka akan segera hamba laksanakan,” jawab sang penghulu wazir.
“Jangan lupa penghulu, setelah mereka masuk ke kamar masing-masing, kamu kunci pintunya dari luar dan kamu pegang kuncinya, kamu baru boleh membukanya setelah tiga hari,” sang raja mengingatkan penghulu wazir.
“Baik paduka,” jawab penghulu wazir, dia segera menjalankan perintah raja “menggiring” tiga menteri ke kamar mereka masing-masing. setelah mereka bertiga masuk ke kamar mereka, sang penghulu segera mengunci pintu kamar dan menyimpan kuncinya sesuai perintah raja. Sebenarnya menteri kedua dan ketiga ingin protes, tapi karena ini perintah raja, yang meski dengan berat hati, mereka harus menurut.
Hari pertama ketiga menteri itu dalam “kurungan”, masih berjalan normal-normal saja, para menteri itu dapat menikmati fasilitas yang ada di kamar itu. Meski demikian dari ketiga menteri itu melakukan aktifitas yang berbeda-beda di kamar mereka masing-masing.
Menteri pertama lebih suka mengisinya dengan membaca buku-buku yang memang sudah di sediakan di kamar itu, menteri kedua lebih suka tidur-tiduran di tempat tidur mewah, sementara menteri ketiga asyik menari sambil bernyanyi-nyanyi menikmati kemewahan kamar yang tanpa disadarinya sejatinya sedang jadi “kamar tahanan” baginya.
Setelah dua belas jam berada di kamar tanpa bisa keluar, mereka pun mulai merasa lapar. Menteri petama terlihat santai saja, karena dia bisa menyantap buah-buah segar pilihan yang ada di karungnya, sementara menteri kedua terpaksa harus menyantap buah-buah setengah busuk, karena tidak ada makan lain selain apa yang dia bawa dalam karungnya. Yang paling parah adalah menteri ketiga, dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan dikurung di kamar tanpa makanan, sementara dia sendiri tidak membawa makanan apapun, dia mulai menyesali tindakan cerobohnya, mengisi karung dengan rumput dan daun-daun kering, tapi apa boleh buat, karena lapar sudah tidak tertahankan lagi, terpaksa dia mengunyah rumput-rumput itu sambil meminum air.
Meski mendapat kamar dengan fasilitas yang sama, namun nasib ketiga menteri ini sangat jauh berbeda. Menteri pertama masih tetap santai membaca sambil menikmati buah-buahan segar yang dia pilih sendiri di kebun istana. Dia merasa bersyukur sudah menjalankan perintah raja dengan baik, ternyata kebaikan itu kembali kepadanya juga.
Menteri kedua, meski membawa buah-buahan juga tapi buah yang dia bawa adalah buah-buah setengah busuk, karena dia mengambil buah itu sesukanya saja, kini dia mulai menyesali apa yang telah dia lakukan, buah-buah busuk yang dia bawa tidak mengenyangkan tapi malah membuat sakit perut. Yang paling menderita tentu saja menteri ketiga, sudah dua hari ini perutnya hanya berisi rumput dan air, dia sangat menyesal den gan kelakukannya sendiri, badannya mulai terlihat lemas dan kini dia hanya mampu tergolek lunglai di tempat tidur.
Sampailah pada hari ketiga, penghulu wazir membuka pintu ketiga kamar itu dan mengajak ketiga menteri itu menghadap raja. Di hadapan raja, menteri pertama terlihat segar bugar seperti tidak mengalami kejadian apapun, menteri kedua terlihat pucat karena menahan sakit perutnya, sementara menteri ketiga terpaksa harus duduk menyandar karena tubuhnya sudah sangat lemah.
Sebelum melanjutkan pertemuannya, sang raja yang merasa kasihan melihat ketiga menterinya itu, menyuruh mereka untuk menikmati hidangan makanan terlebih dahulu. Menteri kedua dan ketiga terlihat paling bersemangat. Mereka melahap hampir semua hidangan yang tersedia, sementara menteri pertama hanya makan sekedarnya saja. Usai mereka menikmati hidangan yang disediakan sang raja, merekapun sudah terlihat segar kembali dan siap melanjutkan pertemuan dengan sang raja,
“Wahai menteriku, sebelumnya aka,u minta maaf, karena sudah memberikan pembelajaran kepada kalian dengan cara yang tidak lazim” sang raja membuka pertemuan itu. “Bahkan penghulu wazirpun tidak tau dengan rencanaku ini”.
Penghulu wazir hanya manggut-manggut, sementara ketiga menteri itu terdiap tanpa mengeluarkan sepatah katapun, sampai raja melanjutkan perkataannya,
“Apa yang telah kalian alami selama tiga hari ini adalah pembelajaran yang sangat berharga bagi kalian, karena kalian adalah pejabat yang mestinya tidak hanya berfikir untuk diri sendiri, tapi harus lebih meikirkan nasib rakyat kita,” raja berhenti sejenak. “Karung yang kalian bawa kemudian kalian isi di kebun itu adalah gambaran dari apa yang kalian kerjakan selama ini,” sambung sang raja. Menteri kedua dan ketiga nampak tersipu malu, sementara meneri pertama masih menyimak dengan khidmat.
“Aku tidak tahu isi karung yang kalian bawa, karena sesungguhnya perbuatan yang kita lakukan itu hanya Tuhan dan kita sendiri yang mengetahuinya secara persis, sementara orang lain, termasuk aku, bisa saja kalian kelabui,” sambung sang raja. Menteri kedua dan ketiga semakin merasa malu dengan apa yang telah dia lakukan, meski raja sendiri tidak tau.
“Begitu juga amanat yang berada di pundak kalian, hanya Tuhan dan kalian sendiri yang tau apakan kalian menjalankan amanah itu dengan baik atau justru sebaliknya, dan semua akan kembali kepada kalian, karena Tuhan akan memberi ganjaran ataupaun hukuman itu sesuai dengan apa yang kita perbuat sendiri,” kata yang raja dengan suara berwibawa. Tiba-tiba menteri kedua dan ketiga menubruk sang raja dan bersimpuh di hadapannya,
“Ampun baginda, selama ini kami belum menjalankan amanah dengan baik, kami bertobat tidak akan mengulanginya lagi,” kata mereka berdua nyaris bersamaan, sang raja hanya tersenyum,
“Dan untuk menteri pertama, aku tau persis, selama ini kamu sudah menjalankan amanah dengan baik, tapi aku tetap mengingatkan supaya kamu jangan bersikap angkuh dan sombong karena kamu telah melakukan yang terbaik,” ungkap sang raja sambil menatap tajam menteri pertama,
“Ampun baginda, mudah-mudahan hamba akan terus menjaga amah ini dengan sebaik-baknya, karena dari pembelajaran yang telah padukan berikan kepada hamba selama tiga hari ini, semakin menyadarkan hamba bahwa apa yang kita lakukan apakah itu baik atau buruk, hakekatnya kan kembali kepada diri kita sendiri, meskipun orang lain tidak mengetahui apa yang telah kita lakukan,” jawab menteri pertama dengan santun, sementara menteri kedua dan ketiga hanya bisa menunduk malu.
“Wahai penghulu wazir, tentu kamu sudah bisa melihat sendiri, dari penampilan ketiga menteri ini setelah dikurung selama tiga hari, sebagai orang yang sangat cerdas dan bijak, aku yakin kamu tau persis siapa menteri yang benar-benar melaksanakan perintahku dan siapa yang melalaikannya,” ucap sang raja ditujukan kepada sang penghulu wazir,
“Benar paduka, sekarang hamba paham dengan pembelajaran yang telah paduka lakukan kepada ketiga menteri ini,” jawab penghulu wazir, dia semakin kagum dengan sikap bijak sang raja.
Dan sejak kejadian itu, semua menteri bekerja dengan baik, tidak ada satupun menteri yang bermalas-malasan, culas dan angkuh, termasuk menteri kedua dan menteri ketiga, pembelajaran “unik” dari raja mereka, ternyata telah membuat mereka sadar akan kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan selama ini.