Keaswajaan dalam Gerakan Pemuda Ansor
Pendahuluan
Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) merupakan salah satu badan otonom Nahdlatul Ulama (NU) yang berperan penting dalam merawat tradisi keagamaan Islam Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di kalangan pemuda. Sebagai organisasi kepemudaan, GP Ansor bukan hanya bergerak dalam bidang sosial dan kebangsaan, tetapi juga memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga, mengembangkan, dan mengamalkan nilai-nilai keaswajaan.
Pengertian Keaswajaan
Keaswajaan adalah bentuk pengamalan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, sebuah manhaj (metodologi) berpikir dan beragama yang mengikuti pemahaman para ulama salafus shalih, terutama dalam tiga dimensi: akidah, fikih, dan tasawuf.
-
Dalam akidah, Aswaja mengikuti aliran Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.
-
Dalam fikih, Aswaja mengikuti salah satu dari empat madzhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.
-
Dalam tasawuf, Aswaja mengikuti ajaran tasawuf amali yang dikembangkan oleh Imam al-Ghazali dan tokoh-tokoh sufi lainnya yang mementingkan akhlak dan penyucian jiwa.
Peran GP Ansor dalam Menjaga Keaswajaan
1. Kaderisasi Ideologis
Melalui berbagai pelatihan seperti Diklat Terpadu Dasar (DTD), Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD), dan Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL), GP Ansor menanamkan ideologi Aswaja kepada setiap kader. Tujuannya agar kader memiliki fondasi keislaman yang moderat, toleran, dan kontekstual.
2. Penguatan Tradisi Keagamaan
GP Ansor aktif dalam kegiatan keagamaan seperti tahlil, istighotsah, manaqiban, dan peringatan hari besar Islam yang semuanya merupakan manifestasi dari ajaran Aswaja. Ini sekaligus menjadi bentuk perlawanan terhadap paham radikal yang ingin menghapus tradisi Islam Nusantara.
3. Pendidikan dan Dakwah
Ansor menyelenggarakan pengajian, halaqah, diskusi keilmuan, hingga kajian kitab kuning di berbagai tingkatan sebagai bentuk dakwah keaswajaan. Program-program ini memperkuat pemahaman Islam rahmatan lil ‘alamin di tengah masyarakat.
4. Penguatan Nilai Kebangsaan
Keaswajaan yang diusung GP Ansor sangat sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme. Konsep hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman) menjadi doktrin yang menjembatani antara keislaman dan keindonesiaan.
Tantangan dan Strategi
GP Ansor menghadapi tantangan berupa arus globalisasi, penyebaran paham transnasional yang tidak sejalan dengan Aswaja, serta derasnya media sosial yang bisa menjadi alat penyebaran radikalisme. Untuk itu, strategi yang dilakukan antara lain:
-
Menyebarkan konten digital Aswaja melalui media sosial.
-
Menjalin kolaborasi dengan pesantren, lembaga pendidikan, dan pemerintah.
-
Melakukan pendekatan kepada generasi muda melalui dakwah yang kreatif dan kontekstual.
Penutup
Keaswajaan adalah ruh utama dalam setiap gerak langkah Gerakan Pemuda Ansor. Melalui penguatan ideologi, pelestarian tradisi, serta dakwah yang adaptif, GP Ansor membuktikan eksistensinya sebagai garda terdepan penjaga Islam moderat di Indonesia. Ke depan, Ansor perlu terus memperkuat sinergi lintas sektor dan memaksimalkan peran digital untuk meneguhkan Aswaja di tengah dinamika zaman.
Referensi
-
Abdul Mun’im DZ. (2017). Ahlussunnah wal Jamaah: dari Masa ke Masa. LKiS.
-
Sahal Mahfudh. (2001). Nuansa Fiqih Sosial. LKiS.
-
Wahid, Z. (2009). Islam Nusantara: dari Ushul Fiqh sampai Paham Kebangsaan. Maarif Institute.
-
Website Resmi GP Ansor. https://ansor.id
-
KH. MA. Sahal Mahfudh & KH. Ali Yafie. (1998). Ke-NU-an dan Keaswajaan. Lajnah Ta'lif wan Nasyr PBNU.
Penulis : Murdiyanto - Kepala BSA Trenggalek / Wakil Ketua PC GP. Ansor Trenggalek