5/12/2024

Aku adalah Sang Perintis Bukan Pewaris | Murdiyanto - Bagian 3 (Tiga)

Masa Pernikahan dan Masa Pengabdian

Murdiyanto menikah pada tahun 2005 dengan seorang wanita yang juga sama-sama teman kuliah/seangkatan (D-2 STIT Sunan Giri Trenggalek sampai S-1 Univ. Kanjuruhan Malang) bernama Supraptiwi. Dari pernikahannya tersebut, ia dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muh. Helmi Fuadurrohman (lahir; 28 Januari 2006). Pada saat itu perjalanan rumah tangga Alhamdulillah sangat harmonis. Karena tuntutan ekonomi keluarga, pada tahun 2007 isterinya menjadi buruh migran ke Taiwan dan Murdiyanto tetap melanjutkan pengabdiannya di MI Watuagung, kemudian pindah ke MI Dukuh (2010-2019) karena permohonan dari Pengurus MI Dukuh untuk ikut membantu menata dalam tata kelola administrasi sekolah.
.
Seiring dengan perjalanan waktu, hari berganti hari, bulan berganti bulan bahkan tahun berganti tahun; tepatnya tahun 2009 ada tuntutan cerai dari isteri melalui pengacara, namun pada waktu itu tidak dilayani oleh murdiyanto. Hal tersebut dikarenakan tidak tahu sebab-musababnya, tiba-tiba sang isteri ingin berpisah. Perjalanan hidup dan pengabdian masih terus berlanjut dengan berbagai lika-liku dan dramatisasinya. Seorang ayah yang membesarkan anaknya seorang diri karena ditinggal merantau, sambil mengabdi di sekolah dan Organisasi Nahdlatul Ulama / Banom NU. Gemblengan dan tempaan hidup ia jalani bersama anak dan orang tuanya yang membantu mengurus dan merawat si kecil Helmi (panggilan dari Muh. Helmi Fuadurrohman, anak dari Murdiyanto dengan Supraptiwi).
.

Kini (2025) anak itu telah tumbuh remaja dibawah tempaan hidup dari orangtua, lingkungan, saudara dan tetangga. Semoga si kecil Helmi yang dulu, menjadi anak yang cerdas, sholeh, bermanfaat untuk pribadi, keluarga, agama, nusa dan bangsa serta bahagia hidupnya didunia hingga akhirat kelak. Aamiin (Notes : Perjalanan Lika-liku Berkeluarga akan diceritakan dalam bagian yang lain).
.
Kembali ke tahun 2005 adalah awal adanya program sertifikasi guru, yang pada waktu itu masih menggunakan sistem portofolio (belum PLPG apalagi PPG). Tahun tersebut murdiyanto karena ketrampilannya mengoperasikan komputer sudah dipercaya oleh banyak teman yang menjadi guru, baik PNS maupun Honorer (GTY) untuk mengerjakan berbagai karya tulis, mulai dari PTK, PTS, Skripsi, LPJ, Proposal, pemberkasan kenaikan golongan/pangkat bahkan pengerjaan portofolio sertifikasi guru untuk pertama kalinya.
.
Dengan berbekal sedikit pengetahuan yang dimiliki, kepiawaian dalam mengoperasikan komputer serta koneksi dan relasi yang sudah diperoleh semenjak menjadi asisten pribadi bapak Drs. Imam Musaji (Anggota DPRD), semua hal tersebut dikerjakan dengan membuahkan hasil yang membanggakan. Akhirnya ia dikenal tidak hanya di wilayah Kecamatan Watulimo namun sampai luar Kecamatan bahkan luar Kabupaten Trenggalek. Karena kepiawaiannya tersebut banyak teman guru dan pejabat pemerintah yang meminta untuk dibantu pengerjaan tugas dan administrasinya. Menurut data (catatan di diary book pribadinya), tidak kurang dari 169 guru PNS-GTY yang meminta bantuannya untuk pengerjaan berbagai tugas dan administrasinya.
.
Pada tahun 2009 murdiyanto melanjutkan studi (kuliah lagi) Strata 1 dengan jurusan Pendidikan Agama Islam di STAI Diponegoro Tulungagung. Hal tersebut untuk linierisasi ijazah yang dimiliki dengan tempat tugas yang diembannya saat itu, yaitu PAI untuk guru MI. Karena ijazah sebelumnya adalah jurusan Fisika yang tentunya tidak sinkron dengan mata pelajaran maupun tempat tugas dimana ia mengabdi. Sambil kuliah yang sekaligus aktif di organisasi NU dan Ansor (2006-2013), Murdiyanto terus berupaya meningkatkan kompetensi / ketrampilannya dalam bidang komputer dan IT. Pada tahun 2012 ia dipercaya oleh PC LP. Ma’arif NU Trenggalek sebagai Tim Ahli / IT untuk mengadakan pembinaan ke sekolah-sekolah yang ada dibawah binaan LP. Ma’arif NU Trenggalek yang waktu itu (2012) ada sekitar 84 lembaga pendidikan mulai SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA (Ma’arif NU) se Kabupaten Trenggalek.
.
Bersama sahabatnya waktu itu, ada pak Mohib Asrori (saat ini - 2025; menjadi Ketua PC LP. Ma’arif Trenggalek), sahabat Rohmat Syaifulloh (almarhum), pak Sarjuni (almarhum) Pak Syakur (Kepala MI Semarum saat ini - 2025) dan beberapa Pengawas PAI yang berada dibawah naungan Ma’arif NU, ia mengadakan pembinaan – Turba ke lembaga-lembaga pendidikan Ma’arif NU se Kabupaten Trenggalek dengan pembagian waktu sistem zona wilayah binaan. Murdiyanto juga pernah menjadi konsultan swasta untuk sekolah-sekolah yang akan mengadakan akreditasi. Ia juga pernah menjadi Tim Penyusun Buku 1-2 KTSP, Tim Pembuat Soal Ujian Sekolah Dinas Pendidikan Kabupaten Trenggalek (Mapel PPKn, IPS, Bahasa Jawa dan SBK). Ia juga pernah menjadi Tim Pembuat Soal Ujian Mapel Fiqih untuk tingkat Madrasah Ibtidaiyah se-Kabupaten Trenggalek.
.

Selain itu, murdiyanto juga aktif didunia kepramukaan. Hampir semua sekolah yang ada diwilayah Kecamatan Watulimo, mulai SD/MI, SMP dan SMA pernah ia bersamai dalam berkegiatan. Di kepramukaan khususnya SAKOMA Koortan Watulimo ia termasuk salah satu Tim Perumus Silabus/Materi Kepramukaan. Pada tahun 2014 ia menjadi ujung tombak kegiatan SAKOMA dengan nama “Kelana Sang Pilar” yang merupakan satu-satunya kegiatan SAKOMA di Kabupaten Trenggalek. Ia pernah juga menjadi perumus materi LJS2T (Lomba Jelajah Situs Santri Trenggalek) yang dilaksanakan di Makam Semarum menuju Makam Gunung Cilik Kamulan. Dan masih banyak lagi seputaran kegiatan SAKOMA yang ia ikuti dan rumuskan.
.
Pada tahun 2014 ia mulai kuliah lagi (masih S-1) dengan mengambil jurusan Teknik Infomatika (S.Kom) di Universitas Islam Balitar. Hal ini dilakukan karena pada waktu itu (2014) ia menjadi konsultan dan Tim IT di berbagai lembaga pendidikan sehingga ‘mengharuskan’ antara keahlian yang dimiliki dengan legalitas ijazah yang dipunyai harus benar-benar sinkron.
.
Pada tahun 2015 ia kembali mengabdi di SMA Islam Watulimo, sekolah dimana ia menjadi salah satu perintis sekaligus siswa pertama berkecimpung didalamnya. Namun, hal tersebut ia lakukan bukan sebagai operator/programmer komputer, melainkan sebagai Pembina Gerakan Pramuka yang ada di sekolah tersebut. Bersamaan waktu itu masih mengabdi di MI Dukuh dan juga sebagai Pembina Pramuka MI Karanggandu, SMP Negeri 3 Watulimo, ia sempatkan untuk berkegiatan Pramuka bersama adik-adik siswa SMA yang juga sebagai pembentuk/penggagas Dewan Ambalan SMA Islam Watulimo dengan nama Ambalan Yudhonegoro dan Dewi Hafsah yang selanjutnya disingkat AYUDESHA.
.
Ia pernah membawa Ambalan SMA Islam Watulimo sampai ke tingkat Provinsi, mulai dari kegiatan Raimuna, Wirakarya, Peran SAKA dan berbagai macam kegiatan Pramuka Penegak lainnya. Hal tersebut ia lakukan karena hobby, rasa cinta dan tentunya untuk mengasah dan meningkatkan kualitas diri khususnya dalam kedisiplinan dan etos kerja.
.

Ditahun 2016, ia bersama sahabat Ahmad Rokhani (saat ini Anggota Bawaslu Kabupaten Trenggalek) dipercaya menjadi Nahkoda PAC GP. Ansor Watulimo, dimana sahabat Rokhani sebagai ketua PAC dan murdiyanto sebagai sekretarisnya. Selang satu tahun kemudian (karena sahabat Rokani menjadi Ketua Bawaslu waktu itu – tahun 2017), ia diangkat sebagai pejabat sementara (pjs) Ketua PAC GP. Ansor Watulimo untuk melanjutkan kepengurusan peiode 2016-2018. Setelah kepengurusan berakhir, pada Konferancab ke-X yang dilaksanakan di SMP Islam Watulimo ia terpilih menjadi Ketua PAC GP. Ansor Watulimo masa khidmah 2018-2020. Tidak hanya berhenti disitu, pada Konferancab selanjutnya (ke-XI) di MI Pakel ia terpilih kembali menjadi Ketua PAC GP. Ansor Watulimo masa khidmah 2020-2022, yang selanjutnya diperpanjang karena masa pandemic covid-19 dtetapkan sebagai ketua PAC masa khidmah 2022-2023 (1 tahun). Setelah itu dilaksanakan Konferancab yang ke-XII dan terpilih kembali sebagai Ketua PAC GP. Ansor Watulimo masa khidmah 2023-2025.
.
Selain di Organisasi Nahdlatul Ulama dan Banom NU, Murdiyanto juga aktif di kepengurusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Watulimo mulai tahun 2019 (sebagai Sekretaris MUI periode 2019-2024) dan sebagai Wakil Sekretaris MUI Kecamatan Watulimo periode 2024-2029 (saat ini).
.
=================
Profil Ringkas / CV Murdiyanto Klik Disini
.
Share:

Aku adalah Sang Perintis Bukan Pewaris | Murdiyanto - Bagian 2 (Dua)

Masa Kembali Ke Sekolah Lagi – Masuk SMA, D-2 dan S-1

Setelah bapak Drs. Imam Musaji menjadi anggota Dewan selang satu tahun, berdirilah lembaga pendidikan dengan nama SMA Islam Watulimo (tahun 2000) dengan Murdiyanto menjadi salah satu siswa yang sekaligus pioneer dalam pendirian lembaga pendidikan yang bernaung dibawah Ma’arif NU tersebut. Pada waktu itulah seorang Myanto diberi amanah untuk ikut mencari siswa bersama bapak Mukalal, bapak Sumarni dan bapak Supriadi yang ketiga-tiganya juga merupakan tokoh pendiri SMA Islam Watulimo. Alhamdulillah, dengan niatan dan kerja yang maksimal akhirnya pencarian siswa sebagai pioneer awal berdirinya SMA Islam Watulimo telah tercapai. Pada waktu itu sejumlah 48 siswa terdaftar dan sampai akhirnya hingga lulus tercatat 34 siswa yang dinyatakan lulus ujian nasional dan ujian sekolah, karena pada waktu itu ujiannya masih bergabung dengan SMA Negeri 1 Durenan.
.
Pada tahun 2000 juga merupakan awal berdiri (terbentuk) dan terstrukturnya organisasi IPNU-IPPNU Anak Cabang Watulimo. Ketika menjadi siswa SMA Islam Watulimo, Murdiyanto dengan berbekal pengalaman dari kaderisasi sebelumnya (MAKESTA di Durenan dan DIKLATSAR di Tasikmadu) dan juga dari pengalaman belajar di Pondok Pesantren, ia terketuk hati ikut bergabung di pendirian PAC IPNU-IPPNU Watulimo yang waktu itu dimasa khidmah pertama (2000-2002) ter-amanahi menjadi Wakil Sekretaris PAC IPNU Kecamatan Watulimo mendampingi rekan Supiyan dibawah nahkoda IPNU rekan Ketua Edy Susanto, S.Ag dan rekanita Siti Mahmudah, S.Ag (sebagai ketua PAC IPPNU Watulimo). Pada waktu itu yang menjadi ketua PC IPNU Trenggalek adalah rekan Ali Musta’in dan rekanita Kunni Hidayah sebagai Ketua PC IPPNU Trenggalek.
.
Seiring dengan perjalanannya sambil menuntut ilmu di SMA Islam Watulimo, Murdiyanto sangat aktif dalam kegiatan IPNU dan juga di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia mengikuti kaderisasi LAKMUD (Latihan Kader Muda) IPNU pada tahun 2001 di MI Margomulyo dan juga aktif di kaderisasi Satgas PKB maupun Garda Bangsa. Berbagai macam pelatihan diikutinya sambil mengasah (kursus) komputer yang pada waktu itu (2001) masih langka-langkanya ilmu komputerisasi. Belajar dari DOSS, Linux sampai Windows (Microsoft) yang ia lakukan dilembaga kursus BBC Durenan dan DMC Tulungagung (saat ini namanya LP2i Brawijaya).
.
Berbekal ketelatenan (keuletan) akhirnya ia oleh bapak Drs. Imam Musaji dibelikan komputer dikediaman beliau untuk dioperasikan sebagai aspri/sespri beliau. Dan juga sebagai operator komputer di SMA Islam pada waktu itu, meskipun ia saat itu masih sebagai siswa pertama disekolah. Namun karena kepiawaian/ketrampilannya mengoperasikan komputer ia dipercaya untuk mengendalikan komputer yang tentunya bukan hal-hal yang bersifat rahasia sekolah. Ia juga dipercaya sebagai desainer daripada beberapa logo sekolah (termasuk logo SMA Islam Watulimo) dan beberapa Yayasan/Lembaga diantaranya LPI Al-Hikam Watulimo, LPI Al-Manar Tasikmadu, PKBM Bhakti Samurih, PKBM Telaga Biru dan masih banyak lagi. Murdiyanto juga pernah aktif didunia percetakan/offset (2000-2007). Ia mempunyai usaha percetakan/sablon di Guyangan Sukoanyar Pakel bersama sahabatnya yang bernama Rohman. Ketika itu ia mempunyai usaha dengan sistem patungan bersama sahabatnya tersebut. Usaha yang dirintisnya pada waktu itu bisa dibilang berhasil, karena belum banyaknya persaingan didunia offset/printing.
.

Dalam perjalanannya sebagai aktifis organisasi sosial (IPNU), Murdiyanto dipercaya menjadi Sekretaris PAC IPNU Watulimo untuk periode kedua masa khidmah 2002-2004 dibawah pimpinan rekan Moh. Ali Husni, setelah itu diangkat kembali menjadi Sekretaris PAC IPNU diperiode ketiga (2004-2006) dibawah ketua rekan Sanusi. Tak hanya itu saja, ketika tahun 2003 ada pemisahan kepengurusan NU dan Banom NU dengan partai politik, yaitu PKB (tidak boleh rangkap jabatan), pada tahun 2003, Murdiyanto oleh para masyayikh NU Watulimo dipercaya untuk membantu kengurusan MWC NU Watulimo sebagai Wakil Sekretaris MWC NU masa khidmah 2003-2008 dibawah pimpinan bapak Kyai H. Ahmad Wanidi dengan Rais MWC NU bapak K.H. Suryani.
.
Ada cerita yang menggelitik pada saat itu (2003), sebetulnya yang ditunjuk sebagai Sekretaris MWC NU Watulimo adalah Murdiyanto. Namun karena pada waktu itu Murdiyanto masih menjabat sebagai Sekretaris PAC IPNU Watulimo, dan pada waktu itu yang bisa ngetik komputer hanya beberapa orang saja, termasuk Murdiyanto, akhirnya Jabatan Sekretaris MWC NU Watulimo dirubah secara sepihak oleh Murdiyanto yang ditunjuk oleh beberapa tim formatur untuk melengkapi kepengurusan MWC NU. Walhasil, sekretaris MWC NU pindah dari Murdiyanto ke bapak Muji Hermanto (almarhum).
.
Tentunya hal itu menjadi kemarahan besar oleh para masyayikh, murdiyanto terkena “duko” karena mengganti kepengurusan tanpa ijin para sesepuh yang waktu itu menjadi tim formatur. Namun, murdiyanto juga tidak terima dengan “duko-duko” dari para sepuh tersebut meskipun bisa dikata kurang adab / su’ul adab. Dengan berbagai argumen termasuk pada waktu itu murdiyanto masih menjabat Sekretaris PAC IPNU dan dalam Peraturan Organisasi NU/Banom NU Pengurus Inti Harian tidak boleh rangkap jabatan, akhirnya perubahan Sekretaris MWC NU Watulimo tersebut diterima oleh para sesepuh, ya meskipun masih “nggerundel” dihati beliau-beliau karena kekurangajaran seorang murdiyanto merubah susunan pengurus tanpa ijin/konsultasi dengan tim formatur.
.
Pada tahun 2003, setelah lulus SMA, Murdiyanto melanjutkan studinya ke STIT Sunan Giri Trenggalek mengambil jurusan D-2 PGSD/MI, kemudian melanjutkan ke Universitas Kanjuruhan Malang jenjang S-1 dengan jurusan Pendidikan Fisika. Sambil berkhidmah di organisasi NU dan Banom NU, ia memantapkan diri sambil terus mengikuti Diklat-diklat, Seminar, Lokakarya dan Workshop. Ditahun 2003 ia mendedikasikan diri ikut berjuang di dunia pendidikan, yaitu di lembaga Pendidikan (Ma’arif NU) MI Gemaharjo 2 tempat awal ia mengenyam dunia pendidikan. Kemudian ia pindah ke MI Watuagung pada tahun 2005-2010 karena pada waktu itu membersamai berangkat dan pulangnya seorang isteri yang ikut mengabdi di lembaga pendidikan juga, yaitu MI Watuagung.
.

Ke Bagian 1                    Berlanjut ke Bagian 3 >>>
.
Share:

Aku adalah Sang Perintis Bukan Pewaris | Murdiyanto - Bagian 1 (Satu)

Murdiyanto, lahir di Trenggalek pada tanggal 12 Mei 1980. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara (adik yang paling bungsu sudah meninggal dunia), dari pasangan Subani dan Murtiyem. Myanto adalah nama panggilannya, ia terlahir di keluarga yang sangat sederhana, ayahnya (sudah meninggal) adalah seorang petani/pekebun, sedangkan ibunya bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Sejak kecil, dia selalu dinasehati (digembleng) oleh ayahnya untuk selalu rajin beribadah, jujur dan baik terhadap sesama.
.
Ketika berumur 6 tahun, ia memulai pendidikan di MI Gemaharjo II, Watulimo, kemudian setelah lulus melanjutkan pendidikannya di SMP Islam Watulimo di tahun 1992. Setelah lulus dari SMP di tahun 1995 ia tidak melanjutkan sekolah karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak mampu untuk membiayai sekolahnya. Akhirnya pada usia yang masih sangat muda (15 tahun) ia memutuskan untuk merantau ke Lampung Utara dan Palembang, ikut pamannya (saudara kandung dari ibu) bekerja disawah, dikebun karet dan kebun kelapa sawit milik pamannya tersebut. Ia tinggal diperantauan sekitar 6 bulan, kemudian pulang membawa hasil yang waktu itu bisa dikatakan lumayan (cukup) untuk anak seusia 15 tahunan.
.
Tak selang beberapa minggu dirumah, karena tertarik dengan teman-temannya yang berhasil merantau ke Malaysia, akhirnya ia ikut merantau dengan bekal (biaya) dari hasil perantauannya di Lampung tersebut. Namun, nasib sial justru menimpanya, jangankan berhasil diperantauan (Malaysia), alih-alih baru masuk Negara Jiran tersebut ia terkena razia oleh Police Malaysia karena Visa yang digunakan adalah Visa Turist dan bukan visa kerja. Akhirnya ia dipulangkan ke Negara asal dan waktu itu ketika dipulangkan ia terkena demam (lagi sakit).
.
Masa Belajar Ke Pondok Pesantren

Dengan kondisi yang dialami ketika sepulang dari Malaysia setelah sehat (sembuh dari demam), ia melanjutkan aktifitasnya dengan jalan bekerja sebagai buruh serabutan. Walhasil, pada tahun 1996, tepatnya tanggal 25 September 1996 ia melanjutkan pendidikannya dengan masuk Pondok Pesantren Darussalam Jajar, Sumbergayam, Durenan sambil buruh ditempat pembuatan Genteng (Desa Pakis, Kamulan dan Gador) dan juga buruh disawah-sawah milik warga sekitar Ponpes Jajar tersebut.
.
Selain Mondok di Jajar Sumbergayam, ia juga melakukan (Sorogan) ke Ndalem Kyai Haji Zaini Alhafidz (Allahu yarham) di Melis Gandusari dan Juga Sorogan Al-Qur’an ke Kyai Nasukhi Kalangbret Tulungagung serta Ustadz Amin asal Kudus Jawa Tengah.
.
Pada tahun 1997 (diusia 17 tahun), entah karena apa pada waktu itu dan siapa yang mengajak (agak lupa) ia mengikuti kaderisasi dari salah satu Banom NU, yaitu IPNU yang bernama MAKESTA (Masa Kesetiaan Anggota) di SMP Islam Durenan yang diselenggarakan oleh PC IPNU-IPPNU Kabupaten Trenggalek yang pada waktu itu Ketua IPNUnya adalah Rekan Amin Tohari dari Gandusari. Itulah cikal bakal seorang Myanto yang dulu kata teman-temannya ketika disekolah sebagai anak Pendiam, akhirnya jiwa dan mentalitasnya ditempa melalui IPNU (Ikatan Putra Nahdlatul Ulama) sebelum berganti menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama saat ini.
.
Tak henti disitu, ketika di Pondok Pesantren ia juga aktif ikut Majelis Taklim/Jam’iyyah Maulidud Diba’ yang waktu itu ngetrend-ngetrendnya HIMMATA (Himpunan Maulidid Diba’iyah Tahta Ahlussunnah Waljamaah) yang berpusat di Botoran Tulungagung dibawah Pimpinan (Ketua) bapak Muh. Nizar Arif, bapak Zainudin dengan tokoh sentral (sebagai mursyid) Kyai Mujtahid. Ia pada waktu itu juga ikut menjadi Pembina sholawatan bersama ibu-ibu di Payaman Durenan. Selain itu juga menjadi Pembina jam’iyyah Sholawat di tempat kelahirannya, yaitu Desa Gemaharjo dan umumnya Jam’iyyah HIMMATA se Kecamatan Watulimo. Akhirnya karena semangatnya, oleh teman-temannya diwilayah Watulimo ia ditunjuk (diangkat) sebagai Sekretaris HIMMATA Koortan Watulimo Kabupaten Trenggalek (1997-2003).
.
Berbagai event dan moment ketika aktif di Jam’iyyah HIMMATA ia ikuti sampai lomba tingkat karesidenan Kediri dengan membawa penghargaan sebagai Jawara pada waktu itu. Hal itu dilakukan disela-sela ia belajar di Pondok Pesantren Darussalam, sambil mengasah diri untuk menjadi pribadi dengan jiwa sosial yang bisa bermanfaat untuk masyarakat umum.
.
Pada tahun 1998/1999 (usia 18 tahun), ia terpanggil untuk mengikuti Kaderisasi Banom NU, yaitu mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Dasar (Diklatsar) Banser Satkorcab Trenggalek yang dilaksanakan di halaman Masjid Rohmatul Bahri Tasikmadu, dengan rekomendasi dari Pengurus dan Pengasuh Pondok Pesantren Jajar Sumbergayam. Dengan niat “bismillah” ia berangkat menuju kawah candra dimuka (tempat penggemblengan diri) di kawasan pantai Prigi tersebut sampai ia dinyatakan lulus dan lolos sebagai anggota Banser Satkorcab Trenggalek.
.
Sekitar tahun 1999 itulah merupakan titik balik seorang Murdiyanto yang dulu kata teman-temanya seorang pemalu, pendiam diri bahkan seorang yang “minder” dalam bergaul dengan teman-temannya akhirnya dengan seizin Allah SWT dengan melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman-pengalaman hidup yang waktu itu belum seberapa (masih seusia cabe rawit / pemula) menjadikan ia seorang aktivis organisasi dan pendidikan sampai saat ini. Pada tahun 1999 merupakan awal ikut berkecimpungnya seorang Myanto gabung didunia politik (PKB) yang waktu itu dibawah arahan seorang Guru yang sekaligus sebagai ayah (angkat) dan mentor yaitu bapak Drs. Imam Musaji (Allaahu yarham) dijadikan sebagai asisten pribadi (aspri) beliau ketika beliau bepergian (ada acara keluar).
.
Walhasil, pada tahun 1999 bapak Drs. Imam Musaji ditakdirkan oleh Allah SWT menjadi anggota DPRD Kabupaten Trenggalek dan tentunya sosok Murdiyanto diangkat sebagai Aspri yang sekaligus Sespri beliau selama menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Trenggalek (selama 2 periode / 10 tahun).
.

CV Ringkas Murdiyanto                          Berlanjur ke Bagian 2 >>>
.
Share:

"Jika pertemanan seseorang tidak memberimu manfaat maka jangan mengambil untung dengan memusuhinya". (Imam Syafi'i)

"Jangan jadikan pendapat sebagai sebab perpecahan dan permusuhan. Karena yang demikian itu merupakan kejahatan besar yang bisa meruntuhkan bangunan masyarakat, dan menutup pintu kebaikan di penjuru mana saja". (Hadratus Syekh K.H. Muh. Hasyim Asy'ari)

Terjemahkan

Tari Roddat Islami

Kutipan Kitab Kuning

Amalan Khusus