Masa Kembali Ke Sekolah Lagi – Masuk SMA, D-2 dan S-1
Setelah bapak Drs. Imam Musaji menjadi anggota Dewan selang satu
tahun, berdirilah lembaga pendidikan dengan nama SMA Islam Watulimo (tahun
2000) dengan Murdiyanto menjadi salah satu siswa yang sekaligus pioneer dalam
pendirian lembaga pendidikan yang bernaung dibawah Ma’arif NU tersebut. Pada waktu
itulah seorang Myanto diberi amanah untuk ikut mencari siswa bersama bapak
Mukalal, bapak Sumarni dan bapak Supriadi yang ketiga-tiganya juga merupakan
tokoh pendiri SMA Islam Watulimo. Alhamdulillah, dengan niatan dan kerja yang
maksimal akhirnya pencarian siswa sebagai pioneer awal berdirinya SMA Islam
Watulimo telah tercapai. Pada waktu itu sejumlah 48 siswa terdaftar dan sampai
akhirnya hingga lulus tercatat 34 siswa yang dinyatakan lulus ujian nasional
dan ujian sekolah, karena pada waktu itu ujiannya masih bergabung dengan SMA
Negeri 1 Durenan.
.
Pada tahun 2000 juga merupakan awal berdiri (terbentuk) dan terstrukturnya
organisasi IPNU-IPPNU Anak Cabang Watulimo. Ketika menjadi siswa SMA Islam
Watulimo, Murdiyanto dengan berbekal pengalaman dari kaderisasi sebelumnya
(MAKESTA di Durenan dan DIKLATSAR di Tasikmadu) dan juga dari pengalaman belajar
di Pondok Pesantren, ia terketuk hati ikut bergabung di pendirian PAC
IPNU-IPPNU Watulimo yang waktu itu dimasa khidmah pertama (2000-2002)
ter-amanahi menjadi Wakil Sekretaris PAC IPNU Kecamatan Watulimo mendampingi
rekan Supiyan dibawah nahkoda IPNU rekan Ketua Edy Susanto, S.Ag dan rekanita
Siti Mahmudah, S.Ag (sebagai ketua PAC IPPNU Watulimo). Pada waktu itu yang
menjadi ketua PC IPNU Trenggalek adalah rekan Ali Musta’in dan rekanita Kunni
Hidayah sebagai Ketua PC IPPNU Trenggalek.
.
Seiring dengan perjalanannya sambil menuntut ilmu di SMA Islam
Watulimo, Murdiyanto sangat aktif dalam kegiatan IPNU dan juga di Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia mengikuti kaderisasi LAKMUD (Latihan Kader Muda)
IPNU pada tahun 2001 di MI Margomulyo dan juga aktif di kaderisasi Satgas PKB
maupun Garda Bangsa. Berbagai macam pelatihan diikutinya sambil mengasah
(kursus) komputer yang pada waktu itu (2001) masih langka-langkanya ilmu
komputerisasi. Belajar dari DOSS, Linux sampai Windows (Microsoft) yang ia
lakukan dilembaga kursus BBC Durenan dan DMC Tulungagung (saat ini namanya LP2i
Brawijaya).
.
Berbekal ketelatenan (keuletan) akhirnya ia oleh bapak Drs. Imam
Musaji dibelikan komputer dikediaman beliau untuk dioperasikan sebagai
aspri/sespri beliau. Dan juga sebagai operator komputer di SMA Islam pada waktu
itu, meskipun ia saat itu masih sebagai siswa pertama disekolah. Namun karena
kepiawaian/ketrampilannya mengoperasikan komputer ia dipercaya untuk
mengendalikan komputer yang tentunya bukan hal-hal yang bersifat rahasia
sekolah. Ia juga dipercaya sebagai desainer daripada beberapa logo sekolah
(termasuk logo SMA Islam Watulimo) dan beberapa Yayasan/Lembaga diantaranya LPI
Al-Hikam Watulimo, LPI Al-Manar Tasikmadu, PKBM Bhakti Samurih, PKBM Telaga
Biru dan masih banyak lagi. Murdiyanto juga pernah aktif didunia percetakan/offset
(2000-2007). Ia mempunyai usaha percetakan/sablon di Guyangan Sukoanyar Pakel
bersama sahabatnya yang bernama Rohman. Ketika itu ia mempunyai usaha dengan
sistem patungan bersama sahabatnya tersebut. Usaha yang dirintisnya pada waktu
itu bisa dibilang berhasil, karena belum banyaknya persaingan didunia offset/printing.
.
Dalam perjalanannya sebagai aktifis organisasi sosial (IPNU),
Murdiyanto dipercaya menjadi Sekretaris PAC IPNU Watulimo untuk periode kedua
masa khidmah 2002-2004 dibawah pimpinan rekan Moh. Ali Husni, setelah itu
diangkat kembali menjadi Sekretaris PAC IPNU diperiode ketiga (2004-2006) dibawah
ketua rekan Sanusi. Tak hanya itu saja, ketika tahun 2003 ada pemisahan
kepengurusan NU dan Banom NU dengan partai politik, yaitu PKB (tidak boleh rangkap
jabatan), pada tahun 2003, Murdiyanto oleh para masyayikh NU Watulimo dipercaya
untuk membantu kengurusan MWC NU Watulimo sebagai Wakil Sekretaris MWC NU masa
khidmah 2003-2008 dibawah pimpinan bapak Kyai H. Ahmad Wanidi dengan Rais MWC
NU bapak K.H. Suryani.
.
Ada cerita yang menggelitik pada saat itu (2003), sebetulnya yang
ditunjuk sebagai Sekretaris MWC NU Watulimo adalah Murdiyanto. Namun karena
pada waktu itu Murdiyanto masih menjabat sebagai Sekretaris PAC IPNU Watulimo,
dan pada waktu itu yang bisa ngetik komputer hanya beberapa orang saja,
termasuk Murdiyanto, akhirnya Jabatan Sekretaris MWC NU Watulimo dirubah secara
sepihak oleh Murdiyanto yang ditunjuk oleh beberapa tim formatur untuk
melengkapi kepengurusan MWC NU. Walhasil, sekretaris MWC NU pindah dari
Murdiyanto ke bapak Muji Hermanto (almarhum).
.
Tentunya hal itu menjadi kemarahan besar oleh para masyayikh, murdiyanto
terkena “duko” karena mengganti kepengurusan tanpa ijin para sesepuh yang waktu
itu menjadi tim formatur. Namun, murdiyanto juga tidak terima dengan “duko-duko”
dari para sepuh tersebut meskipun bisa dikata kurang adab / su’ul adab. Dengan berbagai
argumen termasuk pada waktu itu murdiyanto masih menjabat Sekretaris PAC IPNU
dan dalam Peraturan Organisasi NU/Banom NU Pengurus Inti Harian tidak boleh
rangkap jabatan, akhirnya perubahan Sekretaris MWC NU Watulimo tersebut
diterima oleh para sesepuh, ya meskipun masih “nggerundel” dihati beliau-beliau
karena kekurangajaran seorang murdiyanto merubah susunan pengurus tanpa
ijin/konsultasi dengan tim formatur.
.
Pada tahun 2003, setelah lulus SMA, Murdiyanto melanjutkan
studinya ke STIT Sunan Giri Trenggalek mengambil jurusan D-2 PGSD/MI, kemudian
melanjutkan ke Universitas Kanjuruhan Malang jenjang S-1 dengan jurusan
Pendidikan Fisika. Sambil berkhidmah di organisasi NU dan Banom NU, ia
memantapkan diri sambil terus mengikuti Diklat-diklat, Seminar, Lokakarya dan
Workshop. Ditahun 2003 ia mendedikasikan diri ikut berjuang di dunia
pendidikan, yaitu di lembaga Pendidikan (Ma’arif NU) MI Gemaharjo 2 tempat awal
ia mengenyam dunia pendidikan. Kemudian ia pindah ke MI Watuagung pada tahun
2005-2010 karena pada waktu itu membersamai berangkat dan pulangnya seorang
isteri yang ikut mengabdi di lembaga pendidikan juga, yaitu MI Watuagung.
.
.
0 comments:
Posting Komentar