Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang sangat istimewa dalam Islam. Ia menjadi pembuka tahun baru Hijriyah dan termasuk dalam deretan bulan-bulan haram (الأشهر الحرم), yakni bulan-bulan yang dimuliakan Allah Swt. Keistimewaan Muharram tidak hanya terletak pada posisinya dalam kalender Islam, tetapi juga karena banyak keutamaan dan amalan yang dianjurkan di dalamnya, khususnya puasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram yang dikenal dengan Puasa Tasu'a dan Asyura.
1. Keutamaan Bulan Muharram
Rasulullah ﷺ menyebut Muharram sebagai bulan Allah, Syahrullah al-Muharram, yang menandakan kemuliaan dan keistimewaannya di sisi Allah. Dalam sebuah hadis shahih, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:"أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ"“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah, Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.”(HR. Muslim no. 1163)
Hadis ini menunjukkan bahwa bulan Muharram memiliki kedudukan khusus sebagai waktu yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, khususnya puasa sunnah.
2. Keutamaan Puasa Asyura (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)
Puncak keistimewaan bulan Muharram terletak pada tanggal 10 yang dikenal dengan hari Asyura. Rasulullah ﷺ sangat menganjurkan umatnya untuk berpuasa pada hari tersebut. Puasa Asyura memiliki keutamaan besar yaitu menghapus dosa-dosa kecil setahun yang lalu. Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ، قَالَ:"وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ"“Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun yang lalu.”(HR. Muslim no. 1162)
Agar tidak menyerupai ibadah kaum Yahudi yang juga berpuasa pada hari Asyura, Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk menambah puasa sehari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharram (Tasu’a). Hal ini sesuai dengan hadis:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:"لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ"“Jika aku masih hidup tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a).”(HR. Muslim no. 1134)
3. Hikmah dan Nilai Spiritualitas
Puasa di bulan Muharram, khususnya pada tanggal 9 dan 10, bukan sekadar amalan lahiriah. Ia juga menjadi simbol penguatan tauhid, kesyukuran, dan pengingat akan berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam. Salah satunya adalah kisah Nabi Musa A.S yang diselamatkan Allah dari kejaran Fir’aun pada hari Asyura, yang kemudian Nabi Muhammad ﷺ ikuti dengan berpuasa sebagai bentuk syukur.
Selain itu, Muharram juga menjadi momentum refleksi diri, muhasabah, dan memulai lembaran baru kehidupan dengan memperbanyak amal saleh.
4. Penutup
Memuliakan bulan Muharram dengan amalan ibadah seperti puasa Tasu’a dan Asyura adalah bentuk ketakwaan dan kesyukuran seorang hamba. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang diberi taufik untuk menghidupkan keistimewaan bulan Muharram dengan amal-amal kebaikan.
📚 Daftar Pustaka / Referensi:
-
Al-Qur’an Al-Karim
-
Shahih Muslim no. 1162, 1163, 1134
-
Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi
-
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani
-
Asy-Syaukani, Nailul Authar
Oleh : Murdiyanto (Ketua PAC GP. Ansor Watulimo)