Baca Juga; Menjaga Marwah Organisasi: Urgensi Garis Komando dan Bahaya Loncat Komando dalam Tubuh GP Ansor
1. Pengkhianatan terhadap Amanah
Seorang pemimpin bukan hanya jabatan, tetapi amanah (amanah taklifiyah
) yang mengikat secara moral dan spiritual. Ketika ia mengabaikan instruksi dari atasannya, sejatinya ia sedang menyia-nyiakan amanah itu. Rasulullah SAW bersabda:
"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan mengabaikan undangan resmi atau instruksi, ia telah menunjukkan ketidakseriusan dalam mempertanggungjawabkan tugasnya di hadapan Allah dan manusia.
2. Merusak Kultur Disiplin Organisasi
Sikap tidak taat terhadap instruksi pimpinan menjadi preseden buruk bagi kader di bawahnya. Jika pemimpin saja berani melanggar garis komando, bagaimana mungkin ia dapat menuntut kedisiplinan dari anak buahnya? Inilah yang disebut dengan "loncat komando", yang secara struktur dapat melemahkan kesolidan organisasi.
Dalam doktrin organisasi militer dan semi-militer (seperti Banser), garis komando adalah mutlak. Tanpa itu, perintah bisa diperdebatkan, disiplin menjadi longgar, dan akhirnya semangat kolektif pun melemah.
3. Memicu Konflik Horizontal dan Fragmentasi
Ketika seorang pemimpin lebih memilih kegiatan di luar daripada memenuhi panggilan internal organisasi, ia menciptakan dualisme loyalitas. Ia sedang menunjukkan bahwa ada hal yang lebih penting daripada kepentingan organisasi. Ini akan menciptakan kecemburuan, perpecahan, bahkan konflik horizontal di antara sesama kader. Ujungnya adalah fragmentasi yang merugikan jangka panjang.
4. Menurunkan Reputasi Organisasi di Hadapan Publik
Dalam konteks publik, ketidakhadiran pemimpin dalam acara resmi bisa ditafsirkan sebagai konflik internal, ketidaksolidan, atau bahkan kegagalan komunikasi struktural. Ini bisa merusak citra organisasi di mata masyarakat, padahal kerja kolektif organisasi tersebut bisa saja sangat positif. Satu tindakan abai bisa merusak capaian bersama.
5. Tidak Meneladani Etika Kepemimpinan Nabi
Rasulullah SAW adalah teladan dalam disiplin dan penghormatan terhadap struktur. Beliau tidak pernah membangkang terhadap perintah Allah, dan senantiasa menghormati keputusan kolektif para sahabat. Dalam organisasi, prinsip ini menjadi dasar etika kepemimpinan.
"Sesungguhnya orang-orang yang melanggar perintah Rasul, maka hendaklah mereka takut ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih."(QS. An-Nur: 63)
Kesimpulan: Ketaatan adalah Fondasi Kepemimpinan
Kepemimpinan yang baik tidak hanya dilihat dari kemampuan berbicara atau tampil di panggung, tetapi dari ketaatannya kepada struktur, kesetiaannya pada komando, dan konsistensinya menjalankan amanah. Mengabaikan instruksi pimpinan untuk alasan yang tidak prinsipil adalah bentuk kemunduran moral yang bisa menjadi fitnah organisasi.
Karenanya, dibutuhkan introspeksi dari setiap pemimpin: apakah kita masih amanah dalam menjalankan tanggung jawab, atau sedang menjadi penyebab keretakan struktur tanpa sadar?
"السمع والطاعة على المرء المسلم فيما أحب وكره ما لم يُؤمر بمعصية"
Referensi:
-
Al-Qur’an, Surah An-Nur ayat 63
-
HR. Bukhari dan Muslim tentang amanah dan ketaatan
-
Khittah Nahdlatul Ulama tentang kepemimpinan struktural
-
AD/ART GP. Ansor & Banser mengenai sistem instruksional
Kontributor : Murdiyanto - Ketua PAC GP Ansor Watulimo
Editor : Tim Media Anwalin PAC GP Ansor Watulimo
.